Sajak Seribu Kabut

Posted by seroja Senin, 24 Maret 2014 0 komentar

Seribu Kabut dalam Seribu Gelap

gumpalan kabut dalam gelap
Rupanya malam beranjak larut...
Di tengah sunyi dan sepoi angin di tengah hutan
Kulihat seekor gagak melintas di atas kepala
berteriak nyaring memberi sebuah pertanda

Rupanya malam beranjak larut...
Ketika kulihat seekor ayam alas melintasi belukar
di sela pepohonan yang berharap membisu
Menunggu... dan menunggu

Rupanya malam beranjak larut
Segumpalan kabut mulai datang menyapa
Mulai mencari sejenak ruang kosong untuk dihampari
dalam gelap...

Kusaksikan mereka bercengkerama satu dengan lainnya 
Berkejaran di sela gelap
Sedangkan sebagiannya meronta menjerit ditindih segumpalan lainnya
Hingga muncul bergumpalan kabut tebal

Kubenahi ranselku karena perjalananku masih panjang
Masih harus melintasi beberapa hutan lagi
Jauh di ujung semak belukar ini

Kuambil segenggam kabut untuk membasuh wajah tangan dan kakiku
Dengan ijinMu kupasrahkan diri ini
Dengan ijinMu kurelakan diri ini
Dengan ijinMu kuteruskan perjalanan ini
Dan Dengan ijinMu...

Sunyi...di sela cahaya kunang2 yang selimuti diriku
Beberapa hinggap di badan dan kepalaku
Sedangkan yang lain hanya berputar di atas kepalaku

Dan aku terus berjalan di balik gumpalan kabut
Terus berpikir di balik seribu kabut
Terus Melihat dan Mengawasi
Dan gumpalan kabut yang kelilingi tubuhku
Begitu setianya menutupi tubuhku dari pandangan
Hingga aku hilang tanpa jejak

TAk berapa lama
terdengar hiruk pikuk bersahutan
Terlihat dua sosok hitam melintas cepat melewatiku
Berperawakan kecil bertelanjang dada dan penuh tato di sekujur tubuhnya
Dengan raut marah mencoba menghancurkan gumpalan kabut di sekelilingku

"Kenapa kau halangi jalanku, Datuk???
Bukankah aku telah meminta ijin melewati tapal batasmu???
Dan 2 sosok itu tidak menjawah hanya diam sambil acungkan tangannya
akupun beringsut mundur dan melihat sebuah visual effect dari telunjuk tangannya
Dan memang kulihat sebuah pembenaran dari apa yang kulihat
Jauh di sebuah pedalaman 13 tahun lalu

Kulihat samar2 gumpalan kabut mulai selubungi 2 sosok itu
Tanah serasa bergetar, mataku nanar
Sedetik kemudian mereka lenyap
Hilang di antara gelapnya hutan

Kulangkahkan tapak kakiku
Teruskan perjalananku menembus hutan dalam gelap
Sesekali kudengar pekik burung hantu memecah keheningan malam

Sayup sayup kudengar jeritan 2 atau 3 orang atau lebih
Jerit sakit atau lolongan kematian
yang keluar dari busuknya luka dari ginjal dan usus mereka 
organ yang disuapi dari ribuan niat busuk dan cara kotor
Disuapi dari hasil merampas tanah orang dan tipu daya
Mungkin 2 sosok itu sudah temukan apa yang mereka cari
Mencegah aku tuk ikut campur
Aku sudah tak perduli
Sambil berjalan perlahan terus kutunggu 
gumpalan kabut berikutnya di malam lain
Seribu Kabut dalam Seribu Gelap


Baca Selengkapnya ....